Thursday, September 8, 2011

Budaya Indonesia : Debus

0 comments
Debus, apa itu debus? Mungkin bagi yang sudah mengenal, akan terdengar mengerikan, ekstrim, menjijikan, aneh dll. Tapi bagi yang belum tahu, Debus, suatu kesenian yang mempertunjukan kemampuan manusia yang luar biasa, kebal senjata tajam, kebal api, minum air keras, memasukan benda kedalam kelapa utuh, menggoreng telur di kepala dan lain-lain. Berikut ini sejarah debus dari berbagai sumber : Menurut catatan sejarah, Debus itu sendiri sebenarnya ada hubungannya dengan tarikat Rifaiah. Tarikat ini dibawa oleh Nurrudin Ar-raniry ke Aceh pada abad 16. Tarikat ini ketika melakukan ketika sedang dalam kondisi epiphany (kegembiraan yang tak terhingga karena "bertatap muka" dengan Tuhan), mereka kerap menghantamkam berbagai benda tajam ke tubuh mereka. Filosofi sederhana yang saya tangkap adalah "lau haula walla Quwata ilabillahil 'aliyyil adhim" atau tiada daya upaya melainkan karena Allah semata. Jadi kalau Allah tidak mengijinkan pisau, golok, parang atau peluru sekalipun melukai mereka, maka mereka tak akan terluka. Inti pertunjukan masih sangat kental gerakan silat atau beladiri dan penggunaan senjata. Kesenian debus banten ini banyak menggunakan dan memfokuskan di kekebalan seseorang pemain terhadap serangan benda tajam, dan semacam senjata tajam ini disebut dengan debus. Mungkin selama ini kita mengenal budaya Indonesia yang enak didengar,indah dotonton, seperti wayang, gamelan, dll. Namun Debus ini termasuk yang cukup aneh, mungkin hanya sebagian orang yang dapat menikmatinya. Budaya Indonesia memang aneh bukan?

Budaya Indonesia : Siger

0 comments
SIGER saat ini merupakan simbol dari lampung atau secara luas simbol adat dari masyarakat Lampung. Secara umum Simbol ini bukan hanya sekedar simbol sebuah propinsi atau Daerah. SIGER merupakan CERMIN SIKAP ULUN LAMPUNG sejak lama, bahkan secara turun temurun merupakan bagian dari Masyarakat lampung. Menurut kitab Kuntara Raja Niti, orang Lampung memiliki sifat-sifat sebagai berikut: piil-pusanggiri (malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri), juluk-adok (mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya), nemui-nyimah (saling mengunjungi untuk bersilaturahmi serta ramah menerima tamu), nengah-nyampur (aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis), sakai-sambaian (gotong-royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya). Sifat-sifat di atas dilambangkan dengan ‘lima kembang penghias sigor’ pada lambang Propinsi Lampung. Sifat-sifat orang Lampung tersebut juga diungkapkan dalam adi-adi (pantun): Tandani hulun Lampung, wat piil-pusanggiri Mulia hina sehitung, wat malu rega diri Juluk-adok ram pegung, nemui-nyimah muwari Nengah-nyampur mak ngungkung, sakai-sambaian gawi. Prinsip-prinsip dalam kehidupan sehari-hari yang menunjukkan suatu corak khas masyarakat Lampung dapat disimpulkan ada 5 (lima ) prinsip, yaitu : 1. Pesenggiri “Pi`il Pusanggiri” diartikan sebagai segala sesuatu yang menyangkut harga diri, perilaku dan sikap yang dapat menjaga dan menegakkan nama baik dan martabat secara pribadi maupun secara berkelompok senantiasa dipertahankan. Dalam hal-hal tertentu seseorang (Lampung) dapat mempertaruhkan apa saja termasuk nyawanya demi untuk mempertahankan pi`ill pesenggiri tersebut. 2. Sakai Sambaian “Sakai Sambaian” meliputi beberapa pengertian yang luas termasuk di dalamnya gotong royong, tolong menolong, bahu membahu, dan saling memberi terhadap sesuatu yagn diperlukan bagi pihak-pihak lain. Dalam hal ini tidak terbatas pada sesuatu yang bersifat materi saja, tetapi juga dalam arti moril termasuk sumbangan pikiran dan lain sebagainya. 3. Nemui nyimah “nemui Nyimah” diartikan sebagai bermurah hati dan ramah tamah terhadap semua pihak, baik terhadap orang dalam satu klan maupun dari luar klan dan juga terhadap siapa saja yang berhubungan dengannya. 4. Nengah Nyapur “Nengah Nyapur” adalah tata pergaulan masyarakat Lampung dengan kesempatan membuka diri dalam pergaulan masyarakat umum dan berpengetahuan luas, serta ikut berpartisipasi dalam segala hal yang bersifat baik, yang dapat membawa kemajuan sesuai dengan perkembangan zaman. 5. Bejuluk Beadok “Bejuluk Beadok” adalah didasarkan kepada “Titei Gemettei” yagn diwarisi tutun temurun dari zaman dahulu, tata ketentuan pokok yang selalul diikuti (Titei Gemettei) termasuk antara lain menghendaki agar seseorang disamping mempunyai nama juga diberi gelar sebagai panggilan terhadapnya. Bagi orang yang belum berkeluarga diberi juluk (bejuluk) dan setelah kawin di beri gelar. catatan :artikel ini dibuat sebagai syarat untuk mengikuti lomba blog se-lampung serta meningkatkan kretifitas tentunya,dan jg sebagai informasi tentang keberagaman kebudayaan-kebudayaan yang ad di daerah lampung.artikel ini di support olehindosat hyperlink website http://indosatlampung.com. -besumber dari http://kbmpwk.net

Budaya Indonesia : Gamelan Jawa

0 comments
Tentunya kita semua tahu indonesia punya banyak budaya, entah ada sejuta, atau se milyar, yang jelasa banyak sekali. Bahkan indonesia digolongkan sebagai negara yang punya budaya paling banyak didunia. Budaya Indonesia yang mendunia contohnya batik, wayang, tari kecak, gamelan jawa dsb. Dikarenakan saya orang jawa, yang akan saya bahas adalah ‘Gamelan Jawa’. Jika mendengar kata gamelan jawa, biasanya identik dengan musik khas keraton, atau kerajaan. Sering digunakan untuk acara-acara besar keraton, untuk mengiringi tari kuda lumping, wayang dan masih banyak lagi kegunaannya. Gamelan jawa juga punya sejarah, berikut sejarah gamelan jawa yang saya ambil dari wikipedia : “Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu-Budha yang mendominasi Indonesia pada awal masa pencatatan sejarah, yang juga mewakili seni asli indonesia. Instrumennya dikembangkan hingga bentuknya sampai seperti sekarang ini pada zaman Kerajaan Majapahit. Dalam perbedaannya dengan musik India, satu-satunya dampak ke-India-an dalam musik gamelan adalah bagaimana cara menyanikannya. Dalam mitologi Jawa, gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa. Untuk pesan yang lebih spesifik kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk set gamelan.” Gamelan Jawa terdiri dari Instrumen Berikut : • Kendang • Bonang • Bonang Penerus • Demung • Saron • Peking (Gamelan) • Kenong & Kethuk • Slenthem • Gender • Gong • Gambang • Rebab • Siter • Suling • Kempul